Selasa, 26 Juni 2012

Niall Love Story (part 2)


“go away from my room!” “bawel bgt kamu kak!!” ini yang gak aku suka dari adikku, selalu masuk kamar ku dan ngeberantakin barang-barangku. “Nabilaaa!! Turun sayang!” “iya maa tunggu sebentar” iya namaku nabila, aku 18thn dan indonesian, aku akui aku sedikit british, hanya sedikit ingat hanya sedikit. Aku juga gak tau, british ku itu darimana, tapi aku cukup lancar dengan british accent. Yaa mungkin karena selalu berhubungan dengan sepupu sepupu ku yang asli orang british. Ohiya aku baru ingat tadi ibu memanggilku, baiklah lebih baik aku cepat ke bawah sebelum terjadi ledakan jiwa dari ibuku.
“ada apa ma?”
“panggil dulu si tisya, ada di halaman”
“urghh, baiklah”
Tisya emang bikin ribet hobinya, yaa tapi setidaknya dia adikku. Umurnya 16 tahun. Dan fangirl s.a.n.g.a.t ya setidaknya dia adikku “WOI TISYA! KE RUANG KELUARGA SEKARANG” “IYA BAWEEELLLL” yup akhirnya semua sudah berkumpul di ruang keluarga, dan ibu mulai melakukan pembicaraan.
“jadi, mama dan papa udah memutuskan buat pindah ke UK dan itu 2 bulan lagi”
“HAH?! UK?!” teriakku dengan tisya, bagaimana tidak shock aku sudah terbiasa tinggal di Indonesia, bukan aku takut tidak bisa berbicara disana, bahasa inggrisku boleh di katakan sangat bukannya sombong tapi begitu kenyataannya. Hanya saja pergaulan di UK dan Indonesia pasti tunggu bukan pasti tapi memang jauh berbeda pasti aku tidak akan mudah beradaptasi.
“loh kenapa? Seharusnya kalian senang”
“ma, pergaulannya berbeda”
“kamu akan bisa beradaptasi, kerabat kitakan disana banyak. Yang seumurnya sama kamu kan banyak. Jika kita tetap tinggal disini, kita makin jauh dengan kerabat kerbatan kita disana. Lagi pula hanya kita tinggal disana”
“aku sih senang saja setidaknya aku mudah bertemu artis sampai penyanyi british” ucap tisya, ah tidak fangirl dia kambuh.
“Tapikan yang deket banget bangetan sama aku Cuma satu”
“siapa? Bella? Dia kan sudah tidak ada di dunia ini”
“ya itulah masalahnya, bella udah meninggal. Gimana mau beradapasi kalo tanpa dia!”
“oh my god, mama bikin aku inget kak bella lagikan. Seandainya dia masih ada pasti aku bisa dengan mudah aku bisa bertemu dengan One Direction setidaknya Liam Payne, walaupun dia dekat dengan Niall Horan” ah benar benar fangirl adik ku ini, selalu menyambungkan pembicaraan dengan idolanya, terutama terobsesian dia terhadap one direction. Bodoh. Hidup ku dikelilingi orang-orang yang mengidolakan sebuah boyband, oh tuhan tolong aku.
“stop to be fangirl tisa! Baiklah kalo itu keputusan mama, hanya berharap aku bisa menjadi lebih baik di sana”
“baguslah kalo begitu” “hey namaku tisya! Bukan tisa!”
“whatever” aku langsung meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke kamar. Tunggu hari ini 1 minggu bella meningalkan semua kenangan dan banyak lagi. Yaa bella benar benar dekat dengan ku, bahkan saat dia pindah ke UK tiada hari tanpa dia menelfonku. Dan menceritakan semua tentang dia dan niall horan itu seorang cowo yang ngebuat bella jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku akui kisah cinta sebenarnya manis, tapi tragis di akhir. Seperti novel-novel, tunggu tapi ini nyata. Hei aku tidak peduli dengan niall horan dari one direction itu. Hanya saja bella membuatku penasaran dengan orang ini dan karena bella sudah berhenti bercerita tentang orang ini aku juga sudah tidak peduli tapi tisya selalu bawel dengan one direction itu. Whateverlah.

--------------------


Sudah 1 minggu ya? Rasa rindu ini tak tertahankan ya tuhan, tolong aku. Aku tak terbiasa tanpanya. Aku memang baru berkenalan hanya 5 hari, tapi 5 hari itu aku habiskan bersamanya. Depresi. Itu yang aku rasa, the boys juga sudah mulai bingung dengan kelakuanku, setelah bella meninggal. Kerjaan ku yang biasa makan berubah menjadi bermain gitar di balkon kamar, melamun, dan pendiam. Berubah menjadi bukan niall yang biasanya. Buruk. Directioners banyak yang mengtahui soal ini, ah aku tau mereka takut aku terluka, tapi aku sudah terlanjur terluka dan berlarut dalam kesedihan, tunggu aku bukan terluka seperti sakit hati sulit untuk di jelaskan jika aku jelaskan mereka juga belom tentu mengerti. “berhentilah menjadi seperti” suara itu, siapa lagi kalo bukan zayn. “dalam 1 minggu ini kau sudah berkata itu 1000 kali padaku, bosan aku mendengarnya” jujur saja zayn sudah berkata itu ratusan kali bukan hanya zayn pada kenyataannya, liam, louis, dan harry juga begitu.

“aku, peduli padamu. Begitu juga yang lain, tapi kenapa kau tak pernah mendengarkannya”
“aku selalu mendengerkan kalimat itu, hanya tidak pernah melakukanya”
“maksud ku bukan seperti itu niall, tap-”
“stop zayn! Berhentilah mengingatkan ku dengan kalimat itu. Kau hanya bisa berkata ‘berhentilah menjadi seperti ini’ Aku nyakin jika kau ada di posisiku seperti kau akan melalukan hal yang sama! Kau hanya tidak merasakan apa yang kurasakan saja!! Jika aku bisa, aku sudah melupakan bella sejak kemarin! Tapi aku tidak bisa zayn! Dan kau tidak akan pernah mengerti perasaan ku saat ini walaupun aku jelaskan”
“okey, baiklah terserah kau saja sekarang. Hanya saja jangan sampai ku mati mengenaskan karena dia”
“baguslah jika aku mati, aku bisa menyusul bella”
“Niall stop! Jangan buat directioner di seluruh dunia sedih okey?”
“HAHAHA!”
Zayn menyerah dan keluar dari kamarku. Aku kembali ke balkon dan bermain gitar dengan lagu-lagu yang sesuai dengan isi hatiku. Tunggu aku teringat saat bilan pada zayn ‘baguslah jika aku mati, aku bisa menyusul bella’ sepertinya kalimat itu akan menjadi benar, mungkin saja. Jika iya, aku bisa bersama selamanya dengan bella. Pemikiran bodoh. Jalan pemikiran ku kenapa menjadi pendek begini? Depresi kah? Ya memang aku depresi.
Memandang bintang di malam hari memang indah. Bulannya juga bulan purnama. Tiba tiba ada air membasahi pipiku, oh tidak aku menangis lagi. Saat memandang bulan tiba tiba wajah bella terbayang, dia berbicara? Tidak mungkin dia sudah meninggal. Hembusan angin malam seakan akan berkata seseuatu. Hembusan angin ini bebicara ‘lupakan aku, jangan terlalu berlarut bersedih aku sudah tenang disini. Kau akan menemukan penggantiku yang lebih baik. Kau akan tau 2 bulan sampai 3 bulan lagi. Tuhan sudah menyiapkannya untukmu. Love You Niall’ apakah itu bella? “Bella? Itu kamu? Bell? jika iya, aku percaya kata katamu. Tapi mungkin aku sulit melupakanmu untuk saat ini atau mungkin mencari penggantimu, Love You Too bell” masih tak percaya, bella ternyata melihat ku disana. “Niall? kau bicara dengan siapa?” oh tidak liam melihatnya.
“bella”
“kau sudah gila?”
“tidak aku masih waras”
“lanjutkan imajinasi mu itu”
Benar saja liam bepikir aku sudah gila. Atau memang aku sudah gila?
-bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar